Sosial Media
Home Daerah Hukum Polewali Mandar

Nyawa Bergantung pada Selang Infus, Kekerasan Aparat di Pallu’dai Tinggalkan Luka Fisik dan Hukum

1 min read

 


Polman, TOKATA.id – Jamaluddin (45), Kepala Puskesmas Kecamatan Alu sekaligus Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Polman, Sulawesi Barat, masih terbaring tak sadarkan diri di ruang Intensive Coronary Care Unit (ICCU) RSUD Andi Depu. 


Ia menjalani operasi pengangkatan gumpalan darah di kepala setelah mengalami luka serius di sekujur tubuhnya.


Pertanyaan besar mengemuka, Bagaimana seorang tenaga medis terpelajar bisa terluka parah dalam sebuah operasi pengamanan lahan? Keluarga dan rekan sejawat menduga, Jamaluddin menjadi korban salah tangkap saat aparat melakukan eksekusi lahan di Desa Pallu’dai, Polman, Selasa (04/07).


“Kami menuntut Polres Polman bertanggung jawab!” tegas seorang kerabat Jamaluddin, suaranya parau menahan amarah.


Menurut penuturan istri korban, yang juga terkapar lemas di UGD akibat kelelahan, Jamaluddin berada di lokasi untuk melindungi rumah mertuanya dari kobaran api saat terjadi kerusuhan.


“Ini rumah kami. Dia hanya berjaga,” katanya, gemetar.


Namun, versi keluarga bertolak belakang dengan narasi aparat. Sebelum kerumunan memanas, seorang polisi sempat memerintahkan Jamaluddin masuk ke dalam rumah dan mengunci diri. Namun, tak lama kemudian, pintu didobrak paksa, dan semua penghuni, termasuk Jamaluddin, diseret keluar.


“Dia berulang kali teriak, ‘Ini rumah saya!’ Tapi mereka tetap membabi buta,” ujar sang istri, matanya merah oleh air mata dan kemarahan.


Yang memperburuk kecurigaan keluarga adalah luka parah di kepala dan wajah Jamaluddin. Jika tujuannya sekadar pengamanan, mengapa evakuasi harus berujung kekerasan?


Keluarga sempat berupaya mengantarkan makanan ke Polres Polman, tetapi dihalangi. “Tak boleh bertemu,” kata petugas.


Belum sempat mereka memprotes, kabar buruk dating, Jamaluddin sudah terbaring di UGD dengan kondisi “mengenaskan”, menurut saksi.



Keluarga menuntut pertanggungjawaban Polres Polman.


“Aparat harus bisa bedakan pelaku dan warga tak bersalah. Jangan main gebuk!” desak mereka.


Sementara itu, di balik dinginnya tembok rumah sakit, nyawa Jamaluddin masih bergantung pada selang infus dan ventilator.


Hingga berita ini diturunkan, Polres Polman belum memberikan klarifikasi resmi. Namun, darah yang mengering di tanah Pallu’dai dan di kepala Jamaluddin, menjadi saksi bisu yang tak terbantahkan. (*/Rigo Pramana)

Komentar
Additional JS