Kredit Usaha Rakyat Mandek, BI-Sulbar dan OJK Antisipasi Tantangan Ekonomi Rakyat
"Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat mencatat lonjakan menggembirakan dengan capaian 5,8 persen year on year (yoy), menempatkan provinsi ini di lima besar pertumbuhan nasional terbaik. Bank Indonesia Sulbar menegaskan dukungannya untuk penguatan UMKM, hilirisasi produk perkebunan, dan optimalisasi sektor perikanan sebagai strategi kunci mempertahankan tren positif ini. Namun, perlambatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi tantangan yang harus dipecahkan bersama."
Mamuju, TOKATA.id — Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Barat, Eka Putra Budi Nugroho, mengungkapkan bahwa kinerja ekonomi Sulbar mengalami kemajuan signifikan. Dengan pertumbuhan 5,8 persen secara year on year (yoy), provinsi ini kini bersaing di deretan lima besar terbaik tingkat nasional.
“Ini merupakan angin segar bagi Sulawesi Barat, terutama di bawah kepemimpinan Bapak Gubernur Suhardi Duka (SDK) beserta jajaran pemerintah daerah yang gencar menggerakkan roda ekonomi,” ujar Eka.
Ia menegaskan, BI terus berkomitmen menjaga kestabilan dan mengakselerasi pertumbuhan dengan fokus mendorong pengembangan UMKM sebagai sektor andalan lokal yang mampu meningkatkan daya saing Sulbar.
“Program BI untuk pengembangan UMKM-UMKM unggulan daerah tak pernah surut,” jelasnya.
Namun, terkait penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), mantan pejabat BI ini mengakui adanya perlambatan nasional yang berdampak juga bagi Sulbar. Beberapa faktor kompleks menjadi alasan di balik tren ini.
“Kami siap menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencari solusi efektif agar penyaluran KUR kembali optimal, sebagai instrumen vital penggerak ekonomi rakyat. Tantangan berat menanti di depan,” katanya.
Untuk data terbaru kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL), BI masih menunggu pelaporan resmi yang mengalami keterlambatan sekitar dua bulan, sehingga akan diumumkan di lain waktu.
Pada analisis sektor, perkebunan—khususnya sawit—menyumbang paling besar, mengisi 47–48 persen dari total pertumbuhan ekonomi Sulbar. Industri pengolahan ikut menopang dengan kontribusi 11–12 persen.
“Memperkuat hilirisasi produk perkebunan menjadi keharusan strategis agar daya saing produk meningkat dan tren positif tetap terjaga,” sambung Eka.
Selain itu, sektor perdagangan memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi berikutnya, mengingat peran strategisnya dalam aktivitas ritel dan transaksi secara langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.
“Jika sektor perdagangan dibangkitkan secara maksimal, ini bisa menjadi pendorong utama ekonomi kita,” tegasnya.
Tidak kalah penting, BI juga menyoroti ketajaman potensi sektor perikanan Sulbar. Dengan garis pantai panjang dan posisi strategis di Kawasan Timur Indonesia, sektor perikanan dapat menjadi ujung tombak ekonomi masa depan.
“Potensi perikanan Sulbar sangat besar dan apabila dikelola secara optimal, mampu mengubah wajah ekonomi daerah,” pungkas Eka Putra Budi Nugroho. (*/Rigo Pramana)
