Digitalisasi dan Sektor Pertanian Dorong Kinerja Ekonomi Sulbar Tetap SolidSulawesi Barat Catat Deflasi Oktober 2025, BI Ajak Media Perkuat Informasi Ekonomi
"Bank Indonesia Sulawesi Barat menggelar kegiatan SIPAKADA Media bertema “Sinergi dan kolaborasi dengan media dalam rangka desiminasi perekonomian terkini” di Mamuju, Senin (24/11). Data terbaru menunjukkan ekonomi Sulawesi Barat tumbuh 5,83 persen pada triwulan III 2025, melampaui rata-rata nasional. Pertumbuhan ini didukung sektor pertanian, digitalisasi pembayaran, serta kolaborasi erat antara BI, pemerintah, pelaku usaha, dan media dalam menguatkan fondasi ekonomi daerah."
Mamuju, TOKATA.id – Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Barat menyelenggarakan SIPAKADA Media dengan tema “Sinergi dan kolaborasi dengan media dalam rangka desiminasi perekonomian terkini” pada Senin, 24 November 2025, di sebuah kafe di Jalan Kurungan Bassi, Mamuju.
Menurut data resmi Kantor Perwakilan BI Sulbar, perekonomian Sulawesi Barat semakin menunjukkan performa gemilang pada triwulan III 2025 dengan pertumbuhan sebesar 5,83 persen (year on year), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang tercatat 5,04 persen.Angka tersebut menandakan struktur ekonomi Sulbar semakin solid, meski di tengah ketidakpastian global akibat dinamika geopolitik dan kebijakan perdagangan dunia.
Penurunan suku bunga Amerika Serikat serta pemulihan rantai pasok global menjadi momentum positif bagi Indonesia termasuk Sulawesi Barat.Sektor pertanian tetap menjadi tulang punggung ekonomi Sulbar dengan kontribusi mencapai 47,80 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mendominasi dengan porsi 45,94 persen, mencerminkan daya beli masyarakat yang tetap kuat.Selain pertanian, sektor perdagangan, konstruksi, dan industri pengolahan turut menunjukkan peningkatan seiring meningkatnya produksi minyak sawit (CPO) dan turunannya, minyak atsiri, serta aktivitas proyek infrastruktur di seluruh kabupaten di Sulbar.
Pada Oktober 2025, Sulbar mencatat deflasi sebesar -0,18 persen (m-to-m), dengan penurunan harga pada komoditas penting seperti beras, bawang merah, tomat, serta ikan tuna dan selar.
Melimpahnya pasokan dari dalam dan luar daerah menjadi faktor utama. Namun, harga cabai merah, daging ayam ras, dan emas perhiasan naik dipicu tingginya permintaan dan keterbatasan pasokan lokal.Di sektor keuangan, pertumbuhan kredit di Sulawesi Barat mencapai 6,65 persen (yoy), sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 10,22 persen.
Rasio kredit bermasalah (NPL) relatif stabil pada kisaran 4,25–4,63 persen. Meski demikian, kredit UMKM dan KUR mengalami perlambatan, dengan total kredit UMKM sebesar Rp7,92 triliun, yang didominasi sektor pertanian sebanyak 44,97 persen. NPL UMKM tercatat 4,06 persen, menjadi perhatian bagi penguatan ke depan.
Digitalisasi menjadi kunci utama penguatan ekonomi Sulbar. Hingga triwulan III 2025, jumlah merchant QRIS telah mencapai 98.289 unit di enam kabupaten, dengan dominasi usaha mikro. Kabupaten Mamuju menjadi daerah dengan jumlah merchant terbanyak, yakni 35.742 merchant.
Program LASKAR QRIS, Pekan QRIS Nasional, dan QRIS Jelajah Budaya Indonesia berhasil menambah volume transaksi serta memasukkan puluhan UMKM baru ke ekosistem pembayaran digital.Melalui SIPAKADA, BI mengajak media untuk bersinergi menyampaikan informasi ekonomi yang tepat, berimbang, dan mendorong optimisme.
Langkah strategis seperti pembentukan kios pangan murah (PAK RAHMAN), pasar murah, dan penguatan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) turut dijalankan untuk menekan inflasi.Selain itu, BI mendorong penguatan UMKM lewat tiga pilar utama: korporatisasi, peningkatan kapasitas, dan pembiayaan. Dukungan juga diberikan untuk ekonomi syariah dan sertifikasi halal bagi pelaku usaha di sektor makanan dan fesyen muslim.
Dengan fondasi ekonomi yang makin kokoh, Sulawesi Barat diproyeksikan memiliki prospek cerah pada 2026, didukung sektor pertanian, konstruksi, digitalisasi, serta sinergi erat antara pemerintah, BI, pelaku usaha, dan media. (Rigo Pramana)
