Sosial Media
Home Dinkes Sulbar Kesehatan

Kesehatan Jiwa Masuk ke Puskesmas: Sulbar Targetkan Deteksi Dini Gangguan Mental

2 min read

 


Mamuju, TOKATA.id — Sulawesi Barat mengakselerasi layanan kesehatan jiwa dengan melibatkan seluruh jejaring puskesmas. Data Pekan Kesehatan Gizi (PKG) Oktober 2025 menunjukkan, 91,56 persen dewasa dan lansia di lima kabupaten telah menjalani skrining kesehatan jiwa, sebuah pencapaian yang mencerminkan upaya sistematis pemerintah dalam menjadikan deteksi dini gangguan mental bagian dari rutinitas pelayanan kesehatan primer.

Kabupaten Polewali Mandar memimpin dengan partisipasi 94,04 persen, diikuti Mamuju (92,0 persen) dan Mamasa (90,33 persen). Angka-angka ini mengisyaratkan pergeseran paradigma: masyarakat mulai memandang kesehatan mental bukan sebagai tabu, melainkan kebutuhan mendesak yang layak diperiksakan seperti tekanan darah atau kadar gula.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr. Nursyamsi Rahim, menekankan bahwa penguatan layanan kesehatan jiwa bukan sekadar slogan, tetapi komitmen konkret untuk mengubah lanskap kesehatan masyarakat.

"Kesehatan jiwa adalah bagian tak terpisahkan dari kesehatan masyarakat. Kami ingin memastikan masyarakat tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga memiliki keseimbangan mental dan emosional yang baik," ujar dr. Nursyamsi pada Selasa, 11 November 2025.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Kesehatan secara sistematis meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di puskesmas. Program pelatihan Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis (P3LP) ditawarkan kepada petugas kesehatan dan kader masyarakat, menciptakan lapisan pertama respons yang terlatih dalam menangani krisis mental.

Strategi ini bergerak pada dua jalur sekaligus: di satu sisi melakukan deteksi dini gangguan jiwa, di sisi lain membangun keterampilan penanganan awal yang tepat. Kombinasi ini diharapkan mampu mengurangi beban rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

Namun, penambahan kapasitas teknis saja tidak cukup. Dinas Kesehatan juga meluncurkan program edukasi kesehatan jiwa yang ditujukan untuk mendobrak stigma sosial terhadap penyandang gangguan jiwa.

"Melalui pendekatan promotif dan preventif, kami ingin memastikan setiap puskesmas mampu menjadi tempat yang ramah dan responsif terhadap masalah kesehatan jiwa masyarakat," tambah dr. Nursyamsi.

Program edukasi ini dirancang untuk mendorong masyarakat lebih terbuka dalam mencari bantuan profesional. Stigma yang selama ini membuat penyintas gangguan jiwa enggan mendatangi petugas kesehatan menjadi target utama yang akan diuraikan melalui dialog komunitas dan edukasi berkelanjutan.

Upaya kesehatan jiwa ini tidak berdiri sendiri. Inisiatif tersebut sejalan dengan visi "Sulawesi Barat Maju dan Sejahtera" yang digagas oleh Gubernur Suhardi Duka dan Wakil Gubernur Salim S. Mengga, khususnya pada Panca Daya ke-3 tentang pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter.

Logikanya sederhana namun mendalam: masyarakat dengan kesehatan mental yang baik akan lebih produktif, kreatif, dan berkontribusi lebih optimal pada pembangunan daerah. Investasi pada kesehatan jiwa adalah investasi pada kualitas sumber daya manusia.

Dengan sinergi lintas program dan dukungan aktif masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat berkomitmen mengintegrasikan layanan kesehatan jiwa sebagai komponen tak terpisahkan dari pembangunan kesehatan menyeluruh.

Angka pencapaian 91,56 persen itu bukan garis akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang menuju masyarakat yang tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga tangguh secara mental dan emosional — masyarakat yang benar-benar bahagia. (*/Rigo Pramana)

Komentar
Additional JS