Bapperida Sulbar Dorong Literasi Jadi Fondasi Atasi Tantangan Pembangunan
"Dalam momentum Festival Literasi Sulbar 2025, Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Sulawesi Barat menegaskan bahwa literasi bukan sekadar keterampilan membaca atau budaya, melainkan fondasi utama yang harus menjadi poros dalam perencanaan pembangunan daerah. Dengan target ambisius menuju Generasi Emas 2045, Sulbar menempatkan literasi sebagai kunci keberhasilan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan daya saing daerah."
Mamuju, TOKATA.id – Dalam gelora transformasi pembangunan menuju Generasi Emas 2045, Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Provinsi Sulawesi Barat menegaskan bahwa literasi bukan hanya persoalan kebudayaan atau pendidikan semata, melainkan fondasi strategis pembangunan daerah.
Kehadiran Plt. Kepala Bapperida Sulbar, Darwis Damir, bersama Perencana Ahli Muda Nur Sehan pada Festival Literasi Sulbar 2025 di Gedung Perpustakaan Daerah Sulbar, Kamis (20/11/2025), mengukuhkan bahwa gerakan literasi “Sulbar Mandarras” sudah terintegrasi dalam arus utama kebijakan pembangunan.
Darwis menekankan, literasi dan numerasi bukan sekadar indikator kemampuan membaca dan berhitung, melainkan penentu mutu pendidikan dasar sekaligus ukuran kesiapan peserta didik menghadapi dinamika kehidupan nyata. “Literasi adalah lebih dari sekadar membaca, tetapi memahami makna dan konteks informasi secara kritis,” ujarnya tegas.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan tren positif Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) di Sulawesi Barat selama tiga tahun terakhir. Dari 41,36 poin (kategori rendah) pada 2022, naik signifikan ke 62,73 poin (kategori sedang) pada 2023, dan mencapai 63,65 poin pada 2024. Walaupun masih di bawah rata-rata nasional, kemajuan ini memperlihatkan potensi besar untuk terus digenjot.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sulawesi Barat 2025–2029, Darwis menerangkan bahwa target peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia diwujudkan melalui transformasi pembelajaran. Pemerintah Provinsi, di bawah Gubernur Suhardi Duka dan Wakil Gubernur Salim S. Mengga, mendorong perluasan akses perpustakaan digital, penguatan literasi baca tulis masyarakat, dan peningkatan kompetensi dasar literasi-numerasi peserta didik.
“Kami membidik tingkat literasi dan numerasi naik hingga 90 persen serta IPLM mencapai 75 poin pada 2030. Ini bukan sekadar angka, melainkan gambaran masyarakat yang cerdas, kritis, dan siap menghadapi masa depan,” tegas Darwis.
Darwis juga menegaskan, “Budaya literasi adalah fondasi kemajuan daerah. Literasi bukan hanya kebiasaan membaca, tetapi kebiasaan berpikir kritis, memahami, dan membandingkan informasi. Keterampilan ini wajib dimiliki seluruh warga, dari pelajar hingga pejabat.”
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar, Junda Maulana, memastikan komitmen penuh birokrasi dalam mengintegrasikan kebijakan literasi dalam sistem pemerintahan. “Kebijakan ‘Sulbar Mandarras’ tidak boleh hanya menjadi seremoni. Ia harus termaktub dalam perencanaan, penganggaran, dan evaluasi kinerja OPD sehingga benar-benar menjadi urusan lintas sektor,” tegasnya.
Festival Literasi Sulbar 2025 yang berlangsung selama 19–21 November dan dibuka oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Prof. E. Aminuddin Azis, menjadi momentum strategis memperkuat sinergi antar sektor. Bapperida berkomitmen terus mengintegrasikan literasi dalam program prioritas, mulai dari perencanaan partisipatif, penguatan data sektoral, hingga pengembangan kebijakan berbasis pengetahuan lokal.
Dengan semangat “Sulbar Mandarras,” Bapperida memandang literasi sebagai investasi jangka panjang yang akan menentukan arah pembangunan Sulawesi Barat, tidak hanya pada kualitas hidup dan daya saing, tetapi juga ketahanan sosial generasi penerus. (*/Rigo Pramana)
