Letusan Pistol di Pagi Buta, Perlombaan Sandeq Silumba 2025 Resmi Dimulai, Passandeq Jajal Polman - Pamboang, Tradisi dan Keberanian di Atas Gelombang
Polman, TOKATA.id – Pagi itu, matahari belum tinggi, namun semangat telah membara. Sebelum kesibukan menyentuh kehidupan warga, para Passandeq (pelaut ulung) sudah tegak berdiri di atas Sandeq, perahu layar bercadik legendaris yang disebut-sebut sebagai yang tercepat di dunia. Dengan doa dan keteguhan di hati, mereka mempersiapkan diri untuk sebuah perlombaan yang bukan sekadar adu cepat, melainkan juga pertaruhan nyali dan warisan leluhur.
Sebuah letupan pistol dari Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka, Kamis (21/08) memecah kesunyian pagi. Itulah tanda dimulainya Sandeq Silumba. Puluhan perahu layar perkasa itu segera meninggalkan tepian Pantai Bahari, Polewali Mandar, membelah etape pertama dari lima etape yang disiapkan. Tujuan finis: Pantai Pamboang, Majene.
Angin pagi di perairan Bumi Tipalayo seolah memberi restu. Dengan teknik yang mengagumkan, para Passandeq memanfaatkan hembusannya. Satu per satu Sandeq melejit, bagai anak panah meluncur di atas hamparan biru, meninggalkan garis pantai yang semakin jauh.
Di darat, sorak-sorai penonton tak kalah bergemuruh. Ribuan warga memadati setiap jengkal Pantai Bahari, berjejal dan berdesakan, menyaksikan langsung warisan budaya mereka yang paling membanggakan. Suasana pagi itu terasa jauh lebih hidup dan berenergi daripada hari-hari biasanya.
“Ini sudah ketiga kalinya saya menyaksikan langsung, tapi yang ini paling meriah,” ujar Musa, seorang warga Polman yang tak mau ketinggalan.
Ia memberikan apresiasi tinggi pada penyelenggaraan event kali ini.
“Mulai dari upacara pembukaan tadi malam, semuanya tertata luar biasa. Tidak ada keluhan dari para Passandeq. kita semua bersyukur,” bebernya.
Kebahagiaan serupa dirasakan langsung oleh para peserta. Seorang keluarga peserta mengungkapkan harapannya dengan penuh keyakinan,
“Semuanya berjalan baik. Dan saya berdoa, semoga perahu yang dinahkodai Om saya yang menjadi jawara di etape pertama ini.”
Perhelatan Sandeq Silumba bukan hanya sekadar lomba. Ia adalah napas, jiwa, dan cerita tentang sebuah peradaban bahari yang tetap hidup, bergelora, dan terus mengarungi zaman. (Rigo Pramana)