Ujian Demokrasi FOKUS MAKER Sulbar, Transisi Kekuasaan di Tengah Tarik Minat Netralitas
Mamuju Tengah, TOKATA.id – Forum Komunikasi Mahasiswa Kekaryaan (FOKUS MAKER) bersiap menggelar Pertemuan Daerah (PERDA) perdana di Sulawesi Barat pada Juli 2025. Agenda strategis ini tidak hanya menjadi ajang konsolidasi, tetapi juga momentum penentuan kepemimpinan baru Badan Koordinasi Daerah (Bakorda) FOKUS MAKER Sulbar.
Konfirmasi resmi disampaikan Ketua Umum Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) FOKUS MAKER, Ali Ghiffar. Menurutnya, PERDA Sulbar merupakan tahap krusial menuju Pertemuan Nasional (Pernas) yang akan menentukan suksesi kepengurusan pusat.
"Dalam beberapa bulan terakhir, kami memfinalisasi Musyawarah Daerah (Musda) di berbagai Bakorda sebagai bagian dari transisi kepemimpinan nasional," jelas Ghiffar, yang juga Tenaga Ahli Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI.
Pelaksana Tugas Sekretaris Umum Bakorda Sulbar, Budiawan Akbar, mengungkapkan persiapan teknis dan administratif telah dimulai. "Lokasi utama direncanakan di Mamuju Tengah, meski jadwal masih dalam finalisasi. Prioritas kami adalah memastikan kelancaran acara," tegasnya.
PERDA ini dinilai sebagai ujian demokrasi internal FOKUS MAKER, organisasi yang dikenal vokal mengadvokasi isu kepemudaan dan kebijakan publik. Di tengah dinamika politik Sulbar, forum ini diharapkan mampu menghasilkan kepemimpinan yang progresif.
Beberapa catatan kritis perlu disoroti:
- Transparansi Suksesi, Proses pemilihan Ketua Umum Bakorda harus menjamin akuntabilitas, mengingat peran FOKUS MAKER sebagai inkubator kader kebijakan.
- Agenda Strategis, Selain kepemimpinan, PERDA wajib merumuskan rekomendasi konkret tentang pengangguran pemuda, pendidikan, dan mitigasi bencana.
- Netralitas Organisasi, Keterlibatan pengurus dalam struktur pemerintahan (seperti Ghiffar di Kemenpora) tidak boleh mengorbankan independensi.
"FOKUS MAKER harus tetap menjadi ruang kritis bagi pemuda, bukan sekadar batu loncatan birokrasi," tegas seorang pengamat kepemudaan yang enggan disebutkan namanya.
Kegiatan ini menjadi penanda apakah organisasi ini mampu mempertahankan idealismenya di tengah arus pragmatisme politik. (Rigo Pramana)