Sosial Media
Home Advertorial Budaya Sulbar

Dari Balanipa ke Pacitan, Jejak KH. Ahmad Yahya, Pejuang Mandar yang Gugur di Pengasingan

1 min read



Pacitan, TOKATA.id – Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Suhardi Duka melangkah sunyi di antara nisan-nisan tua makam KH. Ahmad Yahya di Pacitan, Jawa Timur, Kamis (03/07). Di sini, di bawah langit yang sama dengan tanah pembuangannya, bersemayam sang Maraqdia (Raja) Tokape Arajang Balanipa ke-46—tokoh perlawanan Mandar yang dikalahkan, tapi tak pernah tunduk.  


"Ini bukan sekadar ziarah," ujar SDK, suaranya mengiris kesunyian. "Tapi upaya menyambung sanad perlawanan yang Belanda patahkan dengan buangannya."  


Ia datang bukan sebagai pejabat, melainkan sebagai penerus yang menuntut utang sejarah.  


"Saya sengaja mencari makam pejuang yang wafat pada 1872 ini," katanya. 

Di antara riuh politik kekinian, ia menyisir waktu untuk mengenang Tokape, nama sebelum pengasingan merenggut identitasnya, menggantinya dengan KH. Ahmad Yahya.  


"Beliau ditangkap setelah Istana Lekopa'dis dikepung, lalu dibuang ke sini hingga akhir hayat," papar SDK.  


Sejarah berbisik lain, Tokape mungkin menyerah bukan karena kalah, tapi untuk menyelamatkan pasukan yang terkuras.  


Tokape, sang Maraqdia Balanipa (1871-1873), adalah duri bagi Belanda. Perlawanannya berakhir di pengadilan Batavia, lalu pembuangan ke Pacitan, sebuah taktik kolonial untuk memutus ingatan. Ia mati sebagai orang asing di tanah rantau, jasanya terkubur dalam sunyi, sementara penguasa baru sibuk menulis narasi mereka sendiri.  


SDK menatap nisan itu lama. "Ziarah ini pengingat," katanya, "bahwa kepahlawanan bukan relik masa lalu, tapi api yang harus terus dipupuk."  


Tapi di balik retorika, tersisa pertanyaan pedas, Di mana negara ketika pahlawannya terdampar di kuburan orang lain?,  Mengapa harus seorang gubernur datang sendiri, sementara upaya republik memulangkan martabat mereka masih setengah hati ?  


Kunjungan ini kecil, tapi penting. Sebab, di negeri yang mudah amnesia, yang kuat bukanlah yang menang, melainkan yang bertahan dalam ingatan. (*/Rigo Pramana) 

Additional JS