Bapperida Sulbar Tegaskan Komitmen Kendalikan Inflasi di Tengah Dinamika Harga Globa
"Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan pengendalian inflasi yang membanggakan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan deflasi bulanan sebesar -0,24 persen dan inflasi tahunan 2,56 persen, kinerja stabil ini menegaskan efektivitas langkah strategis pemerintah daerah. Meski demikian, waspada tetap menjadi kunci menjelang Natal dan Tahun Baru, saat tekanan harga komoditas pangan sering meningkat."
Mamuju, TOKATA.id - Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Provinsi Sulawesi Barat mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi secara virtual pada 1 Desember 2025. Partisipasi aktif Bapperida menegaskan komitmen pemerintah daerah meredam risiko inflasi agar pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat tetap inklusif dan berkelanjutan, sejalan dengan mandat Gubernur Suhardi Duka dan Wakil Gubernur Salim S. Mengga.
Mewakili Plt. Kepala Bapperida Sulbar, Kepala Bidang Perekonomian dan SDA, Aksan Amrullah, hadir bersama tim perencana dan staf. Ia menyampaikan bahwa Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan perkembangan inflasi nasional dan kondisi harga komoditas strategis. Sekretaris Jenderal Kemendagri Tomsi Tohir dan Deputi Statistik Distribusi BPS Puji Ismartini memimpin rapat yang menjadi katup pengendali kebijakan harga daerah.
Sekjen Kemendagri menjelaskan inflasi nasional November 2025 masih terkendali dengan tingkat 0,17 persen secara bulanan dan 2,72 persen secara tahunan. Angka ini tetap dalam sasaran nasional 1,5–3,5 persen, menandai stabilitas harga relatif kuat meski menghadapi tekanan kenaikan harga emas dunia. Menjelang akhir tahun, pemerintah daerah diingatkan untuk menjaga kelancaran distribusi pangan agar tidak terjadi lonjakan harga selama libur Natal dan Tahun Baru.
Deputi Statistik BPS merinci bahwa inflasi bulan lalu terutama didorong kenaikan harga emas perhiasan yang sudah inflasi selama 27 bulan berturut-turut, tarif angkutan udara, serta harga bawang merah dan wortel yang melonjak. Di sisi lain, sejumlah komoditas seperti daging ayam, cabai merah, telur ayam ras, dan beras justru menunjukkan tren deflasi yang menahan laju inflasi nasional.
Provinsi Sulawesi Barat termasuk dalam sepuluh provinsi yang mengalami deflasi bulanan sebesar -0,24 persen, dampak turunnya harga beras, ayam ras, telur ayam ras, dan beberapa komoditas hortikultura. Deflasi ini mencerminkan tekanan inflasi jangka pendek yang rendah dan menunjukkan keberhasilan kontrol harga yang ketat oleh pemerintah daerah.
Secara tahunan, inflasi Sulawesi Barat tercatat 2,56 persen, termasuk dalam kategori aman dan moderat sesuai target nasional. Kinerja ini menempatkan Sulbar di antara provinsi dengan stabilitas harga terbaik sepanjang 2025, terbebas dari inflasi tinggi nasional yang membayangi wilayah lain.
Meskipun capaian ini menggembirakan, Pemprov Sulawesi Barat terus diingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan terutama pada komoditas pangan yang rawan fluktuasi harga selama Natal dan Tahun Baru, seperti cabai rawit, bawang merah, telur, daging ayam, serta kebutuhan transportasi. (*/Rigo Pramana)
