Sosial Media
Home Daerah Sulbar

Diskusi Bersama Darwis Damir: Dibalik Layar, Menenun Kain Pembangunan di Tengah Keterbatasan Fiskal

1 min read



Mamuju, TOKATA.id - Senja belum tiba, tapi terik Mamuju siang itu Senin (08/09), sudah kehilangan tajamnya. Ia luruh di balik dinding dingin Gedung Bapperida Sulbar. Di sebuah ruang berukuran kurang lebih 4x5 meter, suara sendok yang menyentuh piring bersahutan dengan analisa kebijakan. Darwis Damir, Sekretaris Bapperida Sulbar, menyantap makan siangnya, nasi, gulai nangka, perkedel, dan sambal. Ia tak menghentikan ritme kerjanya untuk tamu yang datang.


Darwis menyambut kami dengan ramah, meskipun tengah menikmati makan siangnya dengan santap gulai nangka, pekedel, dan sambal, hidangan sederhana yang mencerminkan keseharian beratnya seorang birokrat.



"Silakan, mari," sapanya hangat, mengajak kami masuk ke dalam dunianya yang padat. Suasana formal birokrasi tiba-tiba cair oleh bau rempah gulai dan keramahan seorang pria yang waktunya adalah komoditas langka.


Di tangannya, piring makan siang. Di pikirannya, peta fiskal Sulawesi Barat untuk tahun 2026 yang diprediksi akan menyusut. 


"Tapi daerah ini tidak bisa stagnan," ujarnya dengan tenang, namun penuh keyakinan. 


"Perencanaan yang matang tetap harus lahir, meski menghadapi kemampuan fiskal yang sangat kecil di masa depan." ujar Darwis.


Kalimat itu menggambarkan paradoks yang dihadapinya setiap hari, bagaimana merancang masa depan yang gemilang dengan benang yang semakin pendek. Sebagai Sekretaris Bapperida, Darwis bukan hanya pengelola administrasi. Ia adalah otak pendamping, mitra analisis bagi pimpinannya. 


Ia sering mewakili Kepala Bapperida menjadi narasumber, mentor diklatpim, hingga ujung tombak dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang). Ia adalah representasi pemerintah daerah di meja-meja teknis yang menentukan arah kebijakan.


"Dengan niat yang lurus," ujarnya menyelipkan filosofi kerjanya di sela-sela suapannya, "saya jalani tanggung jawab ini sepenuhnya." Kata-katanya sederhana, tapi berakar dalam. Sebuah komitmen yang langka di tengah hiruk-pikuk birokrasi.


Percakapan singkat di ruang ber-AC itu bagaikan melongok into satu setel peta navigasi pembangunan Sulbar. Darwis Damir adalah sang penjaga atlas itu. Ia memaparkan pertimbangan dan analisa yang menjadi pijakan kebijakan, menjadi kompas di tengah ketidakpastian anggaran.


Diskusi itu mungkin hanya sebentar. Namun, yang terserap adalah sebongkah pengetahuan berharga tentang seni merencanakan di tengah ketidakpastian, sebuah pelajaran yang jarang didapat di tempat lain.


Sebagai penulis yang bergaul dengan banyak kalangan, jelas terlihat, Darwis Damir adalah tipe birokrat yang dibutuhkan Sulbar. Seorang pemikir sistematis yang bekerja penuh tanggung jawab, yang tenangnya ia, tak menghalangi tajamnya analisa. Seorang manusia dengan gulai nangka di piringnya dan masa depan sebuah daerah dalam pikirannya. (J. Anjasmara)

Komentar
Additional JS